Selasa, 14 Desember 2010

Rabu, 01 September 2010




Makalah Ilmu Kalam


MAKALAH ILMU KALAM
BAB I
PENDAHULUAN

Batasan tentang ilmu kalam meliputi pengertian ilmu kalam, filsafat dan tasawuf. Ilmu kalam sendiri membahas tentang segi-segi mengenai Tuhan dan berbagai definisinya. Karena itu ia sering diterjemahkan sebagai Teologis. Sekalipun sebenarnya tidak seluruhnya sama dengan pengertian teologis dalam agama kristen, misalnya (dalam pengertian teologia
dalam agama kristen ilmu fiqh akan termasuk teologia). Karena itu sebagian kalangan ahli yang mnghendaki pengertian yang lebih persis akan menerjemahkan ilmu kalam sebagai teologia dialektis atau teologia rasional dan mereka melihatnya sebagai sumber pokok.
Tasawuf sendiri sebagai suatu ilmu yang mempelajari cara dan bagaimana seorang muslim berada dekat, sedekat mungkin dengan Allah. Tasawuf terbagi dua yaitu tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Dari pengelompokkan tersebut tergambar adanya unsur-unsur kefilsafatan dalam ajaran tasawuf, seperti penggunaan logika dalam menjelaskan maqamat (al-fana, al-baqa, ittihad, hulul, wahdat al-wujud).
Setelah pada abad ke-6 hijriah terjadi pencampuran antara filsafat dengan ilmu kalam, sehingga ilmu kalam menelan filssafat secara mentah-mentah dan dituangkan dalam berbagai bukti dengan nama tauhid. Yaitu pembahasan problema ilmu kalam dengan menekankan penggunaan sematic (logika) Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang ditempuh para filosof. Kendatipun ilmu kalam tetap menjadikan nash-nash agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam kenyataannya penggunaan dalil diindahkan secara nyata.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam
Syech Muhammad Abdul mengatakan bahwa asal makna tauhid adalah mengittikadkan bahwa Allah adlah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Ilmu tauhid juga disebut ilmu kalam, dimana tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib dan sifat-sifat yang jaiz disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib ditiadakan dari padanya. Karena ilmu kalam mengarahkan pembahasannya kepada segi-segi mengenai Tuhan dan berbagai darivasinya, karena itu ia sering disebut ilmu kalam atau ilmu tauhid.

A. Pengertian Filsafat
Poedjawijatna mengatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata Arab yang berhubungan rapat dengan kata Yunani. Kata Yunaninya adalah philosophia. Dalam philosohia merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan sophia, philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin selalu berusaha mencapai yang diinginkan. Sophia artinya kebijaksanaan yang artinya pandai. Jadi filsafat dipandang sebagai ilmupengetahuan karena filsafat dapat menjawab apa yang ada berdasarkan pemikiran yang ada.

B. Pengertian Tasawuf
Tasawuf diambil dari pencatatan Shafa artinya suci bersih, ibarat kilat kaca. Shuf artinya bulu binatang (bulu domba). Shuffah artinya golngan sahabat nabi yang menyisihkan diri disamping masjid. Shufanah artinya sebangsa kaya mersik tumbuh di padang pasir Arab,. Yang dimaksud dengan kaum tasawuf atau kaum sufi itu ialah kaum yang telah menyisihkan diri di samping masjid. Shufanah artinya sebangsa saja mersik tumbuh di padang pasir Arab. Yang dimaksud dengan kaum sufi itu ialaj kaum yang telah menyisihkan diri dari orang banyak, dengan maksud memberishkan hati, laksana kilat kaca terhadap Tuhan atau memakai pakaian yang sederhana, jangan menyerupai pakaian orang dunia, biar hidup kelihatan kurus kering bagai kayu di padang pasir atau memperdalam penyeledikikan tentang hubungan makhluk dengna sang Khalik. Tasawuf adalah salah satu filsafat Islam yang maksudnya bermula ialah zuhud dari duni fana.

C. Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
Telah dijelaskan di atas bahwa ilmu kalam atau ilmu tauhid itu ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah. Karena filsafat berdasarkan pemikiran maka pada masa pemerintahan khlalifah Al-Ma’mun, mereka mempertemukan system filsafat dengan syste ilmu kalam dan menjadikan ilmu yang berdiri sendiri diantara ilmu-ilmu yang ada.
Adakalanya karena penyesuaian mereka dengan ahli-ahli filsafffat di dalam memberi nama ilmu mantiq (ilmu Logika) diantara ilmu-ilmu mereka sedangkan mantiq dan kalam adalah sinonim.
Ketika ilmu tauhid dinamakan ilmu kalam penanaman ilmu tauhid dengan ilmu kalam sebenarnya dimaksudkan untuk membedakan antara mutakallimin dan filsafat.mutakallimin dan filsafat islam mempertahankan atau memperkuat keyakinan mereka sama-sama menggunakan metode filsafat, tetapi mereka berbeda landasan awal berpijak. Mutakallimin lebih dahulu bertolak dari Al-Qur’an dan Hadits, sementara filsafat berpijak pada logika. Meskipun demikian tujuan yang ingin mereka capai adalah satu yakni keesaan dan ke Maha Kuasaan Allah SWT,. Dengan kata lain mereka berbeda jalan untuk mencapai tujuan yang sama.
Selanjutnya penjelasan tentang tasawuf sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa tasawuf adalah mensucikan diri dari dunia fana. Dengan tujuan untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga sadar benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan. An intisari dari sufisme itu adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran beada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ijtihad atau meyatu dengan Tuhan

Selasa, 19 Januari 2010

Salaf (Ibn Hanbal dan Ibn Taimiyah)



BAB I PENDAHULUAN
Ada banyak sekali ulama-ulama salaf yang tersebar di seluruh dunia, dan pada makalah ini akan dibahas dua ulama yaitu Imam Ahmad Bin Hanbali dan Ibnu Taimiyah. Disamping biografi dan riwayat hidup dari dua ulama di atas juga akan dibahas tentang pemikirannya, seperti Imam Ahmad Bin Hanbali yaitu tentang ayat-ayat mutasyabihat dan kemakhlukan al-qur’an sedangkan Ibnu Taimiyah tentang sifat-sifat allah dan lainnya.
Namun sebelum pembahasan tentang ulama-ulama salaf beserta pemikirannya didalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian salaf itu sendiri.

BAB II ISI
Salaf (Ibn Hanbal dan Ibn Taimiyah)
1. Pengertian Salaf
Ada berbagai pengertian yang telah dikemukakan oleh para pakar mengenai pengertian salaf, antara lain adalah menurut Thabawi Mahmud Sa’ad, salaf artinya ulama terdahulu, maksud dari ulama terdahulu yaitu merujuk pada para sahabat terdahulu, para tabi’ tabi’in dan para pemuka abad ke-3 H serta para pengikutnya pada abad ke-4 H yang terdiri atas para muhadditsin dan lainnya. Kemudian Thabawi Mahmud Sa’ad juga menyatakan bahwa salaf adalah ulama-ulama yang hidup pada abad pertama hingga 3 H.
Sedangkan menurut asysarastani, ulama salaf adalah ulama yang tidak menggunkan ta’wil dalam menafsirkan ayt-ayat yang mutasyabbihat. Kemudian menurut Mahmud Al-Bisybisyi dalam karangannya Al-Firaq Al-Islamiyah menyatakan bahwa salaf adalah para Sahabat’ Tabi’ Tabi’in.

2. Ulama-ulama salaf dan beberapa pemikirannya
A. Imam Ahmad Bin Hanbali
1. Riwayat Singkat Hidup Ibn Hanbal
Imam Hanbal nama lengkapnya ialah Al-imam Abu abdillah Ahmad ibn Hanbal Hilal Addahili As-Syaibani Al-Maruzi, beliau dilahirkan di Baghdad pada tahun 164 H dan meninggal pada tahun 241 H.
Ayahandanya bernama Muhammad as-Syaibani, sedangkan ibu beliau bernama Syarifah binti Maimunah binti Abdul Malik bin Sahawah biti Hindun as-Syaibani (wanita dari bangsa Syaibaniyah juga ) dari golongan terkemuka kaum bani Amir.
Ayahnya meninggal ketika Ibn Hanbal masih remaja, Namun ia telah memberikan pendidikan Al-Qur’an pada Ibnu Hanbal pada usia 16 tahun ia belajar Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama lainnya kepada ulama’-ulama’ Baghdad. Lalu mengunjungi ulama’-ulama’ terkenal di khuffah, Basrah, Syam, Yaman, Mekkah, Madinah.diantara guru-gurunya adalah : Hammad bin Khallid, Ismail bin Aliyyah, Walid bin Muslim, Muktamar bin Sulaiman, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, Musa bin Thariq,dll. Dari guru-gurunya Ibn Hanbal mempelajari ilmu fiqh, kalam, ushul, dan bahasa Arab.
Ibn Hanbal dikenal sebagai seorang zahid. Hampir setiap hari Ia berpuasa dan hanya tidur sebentar dimalam hari. Ia juga dikenal Sebagai seorang dermawan.

2. Pemikiran Teori Ibn Hanbal
a. Tentang ayat-ayat Mutasyabihat
Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an , Ibn Hanbal lebih suka menerapkan pendekatan lafdzi (tekstual) daripada pendekatan ta’wil, terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat tuhan dan ayat-ayat Mustasyabihat. Hal itu terbukti ketika ditanya tentang penafsiran “(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy.”(Q.s. Thaha : 50.) Dalam hal ini Ibn Hanbal menjawab “Bersemayam diatas arasy terserah pada Allah dan bagaimana saja Dia kehendaki dengan tiada batas dan tiada seorangpun yang sanggup menyikapinya.”
Dan ketika ditanya tentang makna hadist nuzul (Tuhan turun kelangit dunia), ru’yah (orang-orang beriman melihat Tuhan diakhirat), dan hadist tentang telapak kaki Tuhan, Ibn Hanbal menjawab : “Kita mengimani dan membenarkannya, tanpa mencari penjelasan cara dan maknanya.”
Dari pernyataan diatas, tampak bahwa Ibn hanbal bersikap menyerahkan (tafwidh) makna-makna ayat dan hadist mutasyabihat kepada Allah dan Rasul-Nya, Ia sama sekali tidak mena’wilkan pengertian lahirnya.
b. Tentang Status Al-Qur’an
Ibn Hanbal tidak sependapat dengan faham Mu’tazilah, yakni Al-Qur’an tidak bersifat qadim, tetapi baru dan diciptakan. Faham adanya qadim disamping Tuhan, berarti menduakan Tuhan, Sedangkan menduakan Tuhan adalah Syirik dan dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah.
Berdasarkan dialognya Ibn Hanbal dengan Ishaq bin Ibrahim, gubernur Irak, Ibn Hanbal tidak mau membahas lebih lanjut tentang status Al-Qur’an. Ia hanya mengatakan bahwa al-Qur’an tidak diciptakan. Hal ini sejalan dengan pola pikirnya yang menyerahkan ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat Allah kepada Allah dan rasul-Nya.

B. Ibnu Taimiyah
1. Riwayat Singkat Ibn Taimiyah
Ibnu Taimiyah lahir di Harran,Turki, pada awal 661 H/1263 M, meninggal di Damascus 728 H/1328 M. Ibn Taimiyah seorang ulama’ ahli tafsir, hadist dan fikh. Nama lengkapnya, taqiuddin Abi Abbas Ahmad bin Abd. Salam bin Taimiyah.
Ibnu taimiyah berasal dari keluarga besar Taimiyah yang amat terpelajar dan dihormati oleh masyarakat luas pada zamannya. Ayahnya, Syahabuddin Abd. Halim bin Abd. Salam adalah seorang ulama’ besar yang mempunyai kedudukan tinggidi masjid jami’ Damascus.
Menurut H.A.R Gibb seorang yang banyak membahas ilmu islam, ketika Harran diserang pasukan Mongol , keluarga besar Taimiyah hijrah ke Damascus dan menetap disana. Umur Ibnu Taimiyah saat itu baru 6 tahun.
Karangan-karangannya mencapai 300 buah diantaranya adalah : “Muwafaqatu Sharihul Ma’qul li Shahihil Manqul”, “Al-Jawabus Sahih Liman Baddala Dinal Masih”, Ar-Rasail wal Masail”

2. Pemikiran Ibnu Taimiyah
Pikiran-pikiran Ibnu Taimiyah adalah sebagai berikut :
1. Sangat berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadist
2. Tidak memberikan ruang gerak yang bebas kepada akal
3. Berpendapat bahwa Al-Qur’an mengandung semua ilmu agama
4. Di dalam islam yang diteladani hanya 3 generasi saja (sahabat, tabi’in, dan tabi’in-tabi’in)
5. Allah memili sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap mentanzihkan-Nya.

Berikut ini adalah pandangan ibnu Taimiyah tentang sifat-sifat Allah :
1. Percaya Sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang Ia sendiri atau Rasul-Nya menyifati
2. Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya, yang Allah dan Rasul-Nya sebutkan, seperti ¬al-awwal, al-akhir, azhahir, al-bathin, al-alim, al-qadir, al-hayy, as-sami.
3. Menerima sepenuhnya nama-nama Allah tersebut dengan tidak mengubah makna yang tidak dikehendaki lafadz, tidak menghilangkan pengertian lafazd, tidak mengingkarinya, tidak menggambarkan bentu-bentuk Tuhan, dan tidak menyerupai sifat-sifat-Nya dengan sifat-sifat makhluknya.

BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
Imam hanbali adalah salah seorang tokoh ulama salaf yang mempunyai ciri khas dalam pemikirannya yaitu lebih menerapkan pendekatan lafdzi (tekstual) daripada pendekatan ta’wil, kemudian beliau menyerahkan (tafwidh) makna-makna ayat dan hadist mutasyabihat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian ulama salaf lainnya adalah Ibnu Taimiyah, Ibnu Taimiyah merupakan tokoh salaf yang ekstrim karena kurang memberikan ruang gerak leluasa pada akal. Ia adalah murid yang muttaqi, wara, zuhud, serta seorang panglima dan penentang bangsa Tartas yang berani. Ibnu Taimiyah tidak menyetujui penafsiran ayat- ayat mutasyabihat. Menurutnya, ayat atau Hadist yang menyangkut sifat-sifat Allah harus diterima dan diartikan sebagaimana adanya, dengan cacatan tidak men-tajsim-kan , tidak menyerupakanNya dengan makhluk, dan tidak bertanya-tanya tentangNya.
2. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan